Pages

Bumiku Bumimu Juga

Senin, 21 Februari 2011

SUMBER PENCEMAR UDARA ALAMI

Sumber pencemar udara alamiah merupakan sumber pencemar yang berasal dari proses alam tanpa adanya campur tangan manusia.
a.     Letusan Gunung Berapi

Letusan gunung berapi mengeluarkan beberapa gas yang melimpah diantaranya H2O, CO2, H2S, SO2, CO, HF, dan He. Diantara semua gas tersebut, sulfur dioksida merupakan pencemar udara utama karena selain berpengaruh pada kesehatan, SO2 juga menyebabkan anomali cuaca.


Letusan Gunung Kilauea, Hawaii




                                    





Abu Vulkanik Gunung Merapi, Jogjakarta















Gas-gas vulkanik yang menimbulkan potensi bahaya besar untuk manusia, hewan, pertanian, dan material adalah belerang dioksida, karbon dioksida, dan hidrogen fluorida. Secara lokal, gas belerang dioksida dapat mengakibatkan hujan asam dan polusi udara di daerah sekitar gunung berapi. Secara global, letusan gunung berapi yang besar dapat menyuntikkan volume sulfur ke stratosfer yang dapat mengakibatkan suhu permukaan yang lebih rendah dan menimbulkan penipisan lapisan ozon bumi.

Gas karbon dioksida lebih berat daripada udara, sehingga gas dapat mengalir ke daerah dataran rendah dan mengumpul di permukaan tanah. Konsentrasi tinggi gas karbon dioksida di daerah-daerah dapat mematikan bagi manusia, hewan, dan vegetasi. Sebuah letusan gunung berapi  menyemburkan senyawa fluor yang cukup untuk merusak atau membunuh hewan dan melapisi vegetasi dengan abu vulkanik. Senyawa fluor cenderung menjadi terkonsentrasi pada partikel abu halus, yang dapat dicerna oleh hewan.

Tabel: Proporsi gas yang dihasilkan dari letusan gunung
Sumber: Symonds, R.B. 1994. Volcanic gas studies: methods, results, and applications, in Carroll, M.R., and Holloway, J.R., eds., Volatiles in Magmas: Mineralogical Society of America Reviews in Mineralogy. Hlm. 1-66


Sulfur Dioksida
Pengaruh SO2 pada masyarakat dan lingkungan sangat bervariasi tergantung pada:
a.       jumlah gas yang terbuang ke atmosfer
b.      jarak tempuh gas ke atmosfer bumi, troposfer atau stratosfer
c.       angin regional atau global dan pola iklim yang dapat menyebarkan gas

Sulfur dioksida (SO2) adalah gas tidak berwarna dengan bau tajam yang menyebabkan iritasi pada kulit dan jaringan dan selaput lendir mata, hidung, dan tenggorokan. Sulfur dioksida terutama mempengaruhi saluran pernapasan atas. Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan konsentrasi SO2 tidak lebih dari 0,5 ppm selama 24 jam untuk pemaparan maksimum. Sebuah konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi langsung dari hidung dan tenggorokan, 20 ppm dapat menyebabkan iritasi mata, dan 10.000 ppm akan membuat iritasi kulit.

Tingkat emisi SO2 dari berbagai gunung berapi aktif mulai dari kurang dari  20 ton/hari sampai lebih dari 10 juta ton/hari sesuai dengan aktivitas gunung berapi, jenis dan volume magma yang terlibat. Sebagai contoh, letusan besar Gunung Pinatubo pada tanggal 15 Juni 1991 mengeluarkan 3-5 km3 magma dan menyuntik sekitar 20 juta metrik ton SO2 ke stratosfer. Sedangkan Gunung Kilauea di Hawaii, letusan baru-baru ini menyemburkan sekitar 0,0005 km3/day (500.000 m3) magma dan menyuntik sekitar 2.000 ton SO2 ke dalam troposfer. Sulfur dioksida mempercepat reaksi kimia bersamaan dengan peningkatan klorin stratosfir sehingga terjadi polusi chlorofluorocarbon yang dapat menghancurkan ozon.

Hidrogen Sulfida 
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas tidak berwarna, mudah terbakar dengan bau yang sangat tajam. Pada konsentrasi rendah H2S dapat mengiritasi mata dan mengakibatkan depresi. Pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas dan saat terpapar lama dapat mengakibatkan edema paru. Sebuah paparan 30 menit dengan konsentrasi 500 ppm dapat mengakibatkan sakit kepala, pusing, hiperaktif, gaya berjalan yang aneh, dan diare berkepanjangan serta kadang-kadang diikuti oleh bronchitis atau bronchopneumonia.

Karbon Dioksida
Gunung berapi melepaskan lebih dari 130 juta ton CO2 ke atmosfer setiap tahun. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, dan biasanya tidak menimbulkan bahaya langsung untuk kesehatan karena biasanya langsung dapat tersebar dengan cepat setelah letusan episodik. Namun dalam kondisi tertentu, CO2 bisa menjadi terkonsentrasi pada tingkat mematikan bagi manusia dan hewan. Gas Karbon dioksida lebih berat daripada udara dan gas bisa mengalir ke dalam dataran rendah. Menghirup udara dengan lebih dari 30% CO2 dengan cepat dapat menyebabkan ketidaksadaran dan menyebabkan kematian.

Udara dengan CO2 6-10% dapat menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, pusing, berkeringat, dan gelisah. Konsentrasi 10-15% menyebabkan gangguan koordinasi dan kontraksi otot tiba-tiba, konsentrasi 20-30% menyebabkan hilangnya kesadaran dan kejang-kejang, sedangkan lebih dari 30% dapat menyebabkan kematian.


Sumber: http://volcanoes.usgs.gov/hazards/gas/volgaspollution.php, diakses pada tanggal 14 Februari 2011

KEBAKARAN HUTAN

Kebakaran hutan merupakan proses yang paling dominan menimbulkan pencemaran udara karena dari pembakaran itulah dapat meningkatkan bahan serupa substrat fisik atau kimia ke dalam udara yang mencapai jumlah tertentu. Ada beberapa bahan polutan dari pembakaran yang dapat mencemari udara yaitu bahan polutan primer, seperti hidrokarbon, CO, karbon dioksida, senyawa sulfur oksida, senyawa nitrogen oksida, dan nitrogen dioksida. Adapun polutan berbentuk partikel adalah asap berupa partikel karbon yang sangat halus bercampur dengan debu hasil dari proses pemecahan suatu bahan.

Kebakaran Hutan
 











 

Partikel yang dihasilkan dari kebakaran akan mengganggu pernafasan dan partikel konsentrasi tinggi  dapat mengakibatkan batuk terus-menerus, berdahak, bersin dan kesulitan bernafas. Dampak asap dari kebakaran hutan berkisar dari iritasi mata dan saluran pernafasan sampai kepada gangguan serius, termasuk berkurangnya fungsi paru-paru, bronchitis, bertambah buruknya asma dan kematian pradini. Selain itu asap kebakaran hutan membuat kelancaran lalu lintas di daerah yang terkena dampak terganggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar