Pages

Bumiku Bumimu Juga

Selasa, 22 Februari 2011

TIM KAMPANYE

Plastic Bag Group:


  • Arimbi Shita Pramesty - 15308051
  • Marina Manalu - 15308097
  • Aryanti Arthaningrum - 15308061
  • Hanifa - 15308057

NITROGEN DIOKSIDA


·         Karakteristik fisik dan kimia
Nitrogen dioksida adalah senyawa kimia yang memiliki rumus N2O. Gas ini dikenal luas sebagai gas tertawa. Sebutan "gas tertawa" merujuk pada efek kegirangan (euforia) yang dialami manusia apabila menghirupnya, sehingga dulu pernah digunakan sebagai halusinogen rekreatif (hiburan). Pada suhu ruang, berwujud gas yang tak berwarna dan tidak flamabel (tidak mudah meledak). Apabila dihirup terasa sedikit aroma dan rasa manis. Gas ini dipakai luas dalam pembiusan (anestesi) dan pematirasaan (analgesik). Pada suhu tinggi, N2O memiliki perilaku oksidator sekuat oksigen, sehingga dipakai dalam pembakaran roket dan motor balap untuk meningkatkan tenaga yang dikeluarkan mesin. Gas ini juga menjadi penanda bagi peledak atau lainnya yang gagal atau belum meledak. N2O termasuk gas yang berbahaya karena memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat daripada CO2 dalam rentang waktu 100 tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen membentuk  NO, dan NO kemudian akan memecah ozon.
Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran.[1]

[2] 

·         Sumber dan distribusi
Beberapa nitrogen dioksida terbentuk secara alami di atmosfer oleh petir dan beberapa dihasilkan oleh tanaman, tanah dan air. Namun, hanya sekitar 1% dari jumlah total nitrogen dioksida yang ditemukan di udara kota-kota kita 'dibentuk dengan cara ini. Nitrogen dioksida adalah polutan udara penting karena berkontribusi pada pembentukan kabut fotokimia, yang dapat memiliki dampak signifikan pada kesehatan manusia. Sumber utama nitrogen dioksida di Australia adalah pembakaran bahan bakar fosil: batu bara, minyak dan gas. Sebagian besar nitrogen dioksida di kota-kota berasal dari knalpot kendaraan bermotor (sekitar 80%). Sumber-sumber lain nitrogen dioksida bensin dan pemurnian logam, pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara, industri pengolahan lainnya dan pengolahan makanan.

Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Menurut Anonim (2004), dari seluruh jumlah oksigen nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.[3]

·         Dampak
terhadap:
-          Kesehatan Manusia
Pengaruh utama menghirup mengangkat tingkat nitrogen dioksida adalah kemungkinan peningkatan masalah pernapasan. Nitrogen dioksida terbakar lapisan paru-paru, dan dapat mengurangi kekebalan terhadap infeksi paru-paru. Hal ini dapat menimbulkan masalah seperti mengi, batuk, pilek, flu dan bronkhitis. Peningkatan kadar nitrogen dioksida dapat memiliki dampak signifikan pada penderita asma karena dapat menyebabkan serangan lebih sering dan lebih intens. Anak-anak dengan orang tua dengan asma dan penyakit jantung adalah yang paling berisiko.

-          Ekosistem dan Lingkungan
Pencemaran oksida nitrogen bagi tumbuhan menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis terganggu. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70% (Pohan, 2002).
Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat mengganggu lingkungan dan dapat merusak tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya akan meningkat (Anonim, 2008). Berdasarkan studi menggunakan binatang percobaan, pengaruh yang membahayakan seperti misalnya meningkatnya kepekaan terhadap radang saluran pernafasan, dapat terjadi setelah mendapat pajanan sebesar 100 μg/m3 (Tugaswati, 2004).

-          Hewan
Dampak nitrogen dioksida pada hewan hamper mnyerupai dampak yang terjadi pada manusia. Senyawa ini dapat menyebabkan gangguan syaraf pada hewan pada konsentrasi tinggi.

-          Tumbuhan
Udara yang telah tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai temapat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar 60% hingga 70%.[4]

-          Material
Nitrogen dioksida dengan konsentrasi berlebih dapat mencemari benda-benda yang ada di bumi ini.


·         Pengendalian
-          Pencegahan
·         Sumber Bergerak
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
c) Memasang filter pada knalpot.
·         Sumber Tidak Bergerak
a) Mengganti peralatan yang rusak.
b) Memasang scruber pada cerobong asap.
c) Memodifikasi pada proses pembakaran.
·         Manusia
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 150 mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a) Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker gas.
b) Mengurangi aktifitas di luar rumah.
·         Penanggulangan
Langkah-langkah penanggulangan dampak nitrogen dioksida adalah:
a.       Mengatur pertukaran udara agar berjalan dengan baik, seperti dengan menggunakan LEV
b.      Bila terjadi keracunan sebaiknya langsung diberika pernapasan buatan atau dibawa ke rumah sakit terdekat

Senin, 21 Februari 2011

DAMPAK GAS RUMAH KACA

Perubahan Iklim

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. 

Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Karbondioksida adalah penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di atmosfer telah naik dari masa pra-industri yaitu 278 ppm (parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005.
Perubahan iklim menunjukkan adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. 

Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. 

Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang sangat besar. 

Meningkatnya Permukaan Air Laut
 
Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0.17 meter. Banyak sistem alam , pada semua benua dan di beberapa lautan, terpengaruh oleh perubahan iklim regional, terutama adanya kenaikan temperatur muka laut (antara 1993 – 2003). Berkurangnya lapisan es di Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untu Salah satu dampak yang paling besar dari pemanasan global adalah naiknya permukaan laut. Lapisan es di benua Arktik rata-rata telah berkurang sebanyak 2.7% per dekade.

Pengamatan geologi mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut pada 2000 tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka laut pada abad 20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada kedalaman paling sedikit 300 meter. Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.


Di sisi lain tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5.8 hari lebih lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari. Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Pada daerah dengan iklim sedang, banyak gunung-gunung gletser yang mencair, dan tutupan salju semakin berkurang, terutama pada musim semi. 

Selama abad 20, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara. Kemudian waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan sungai dan danau pun cukup bervariasi, tetapi sejak 150 tahun terakhir telah semakin lambat menjadi 5.8 hari per abad dan mencair lebih cepat 6.5 hari per abad.

Meningkatnya Suhu Global
 
Perbedaan panas bumi menghasilkan produksi pangan yang berbeda di setiap tempat. Sebagai contoh, bagian selatan Kanada, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Pemanasan yang terjadi pada sistem iklim bumi merupakan hal yang jelas terasa, seiring dengan banyaknya bukti dari pengamatan kenaikan temperatur udara dan laut, pencairan salju dan es di berbagai tempat di dunia, dan naiknya permukaan laut global.
Tingkat pemanasan pada temperatur permukaan bumi rata-rata pada 50 tahun terakhir hampir mendekati dua kali lipat dari rata-ratanya pada 100 tahun terakhir.

Selama 100 tahun terakhir, temperatur permukaan bumi rata-rata naik sekitar 0.74°C. Jika konsentrasi GRK dominan di atmosfer, karbondioksida, meningkat dua kali lipat dari masa pra-industri, hal ini akan memacu pemanasan rata-rata mencapai 3°C. Akhir tahun 1990an dan awal abad 21 merupakan tahun-tahun terpanas sejak adanya arsip data modern. 

Perubahan yang telah diukur oleh para ilmuwan pada atmosfer, lautan, permukaan es dan gletser menunjukkan bahwa bumi telah mengalami pemanasan akibat dari adanya emisi GRK di masa lalu. Perubahan-perubahan tersebut merupakan bagian dari pola yang konsisten sebagai bukti adanya gelombang panas (heat waves) yang lebih besar, pola angin baru, kekeringan yang lebih parah di beberapa daerah, bertambahnya presipitasi di daerah lainnya, melelehnya gletser dan es di Arktik serta naiknya muka laut.
 
Gangguan Ekologis
 
Hewan dan tumbuhan sulit menghindar dari efek pemanasan global, karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.



  Dampak Sosial Dan Politik
  Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain. 

PROSES TERJADINYA GAS RUMAH KACA

Protokol Kyoto mengatur enam jenis gas-gas rumah kaca, yaitu karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (N2O), dan tiga gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6).  Karbon dioksida adalah 70 persen dari volume total gas-gas rumah kaca ini, disusul dengan metana, nitrogen oksida, dan sebagainya. Uap air sebetulnya adalah gas rumah kaca yang paling kuat.  Tetapi karena usianya di atmosfer hanya terbilang beberapa hari, maka potensi pemanasan globalnya (global warming potential, GWP) tidak terlalu berpengaruh.
Karbon dioksida dilepaskan oleh pembakaran bahan-bahan hidrokarbon seperti bahan bakar fosil (batubara, minyak bumi, gas alam), atau biomassa (kayu dll.), oleh deforestasi atau kerusakan hutan, atau oleh terlepasnya karbon bawah tanah (sub-soil carbon) oleh rusaknya ekosistem gambut.  Hutan menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfer untuk kebutuhan fotosintesis.  Semakin sedikit hutan, semakin sedikit karbon dioksida yang diserapnya, sehingga semakin banyak pula karbon dioksida yang menebalkan selimut gas-gas rumah kaca di atmosfer.  Karbon dioksida tinggal di atmosfer hingga 80 – 120 tahun lamanya. 
Potensi Pemanasan Global, atau Global Warming Potential, GWP, adalah sebuah sistem index yang membandingkan potensi gas rumah kaca untuk memanaskan bumi, dibandingkan dengan potensi karbon dioksida. Angka GWP ini tergantung dari daya serap infra-merahnya, panjang gelombang dari infra-merahnya sendiri, dan usia gasnya di atmosfer.  Hubungan antara GWP dan ketiga faktor ini kompleks dan tidak linear.  Berikut adalah GWP dari spesies kimia yang diatur dalam Protokol Kyoto, pada kerangka perioda 20, 100, dan 500 tahun.















Sumber: http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/global-warming-potential/ diakses pada tanggal 10 Februari 2011

Global Warming Potensial

Karbon dioksida GWP nya tergolong lemah.  Tetapi karena jumlahnya paling banyak, maka secara total potensinya besar juga.  Karena jumlahnya paling banyak pula, maka karbon dioksida dianggap sebagai gas rumah kaca acuan, dengan angka GWP dianggap satu.  
Metana dilepaskan oleh membusuknya bahan-bahan organik seperti kayu, sampah perkotaan atau pertanian / perkebunan, serta oleh gas buang atau kotoran makluk hidup.  Metana tinggal di atmosfer selama kira-kira 8 tahun, dan memiliki GWP 21 (artinya, setiap molekul metana berpotensi memanaskan bumi 21 kali lipat dari molekul karbon dioksida.  Ini adalah perhitungan dengan batasan jangkawaktu 100 tahun).  Nitrogen oksida biasanya adalah hasil ikutan dari pembuatan pupuk berbasis nitrogen, tinggal di atmosfer hingga XX tahun, dengan GWP 310.  Gas-gas industri yang mengandung fluor (HFC, PFC, dan SF6) diproduksi oleh proses industri, dan tinggal di atmosfer hampir selama-lamanya karena tidak ada penyerap atau penghancur alaminya.  SF6 biasanya dipergunakan sebagai gas isolator pada jaringan listrik tegangan tinggi.  Walaupun jumlahnya di atmosfer amat sangat sedikit, tetapi GWP dari HFC, PFC, dan SF6 adalah yang paling tinggi, berturut-turut 7,000, 12,200, dan 22,000. 

Karbon dioksida
 
Produksi karbon dioksida tidak sama untuk setiap negara. Namun, semua negara harus mengurangi emisi gas rumah kaca karena CO 2 merupakan polutan udara lintas batas. Pada dasarnya berarti polusi yang terjadi tidak terbatas pada negara dimana ia dipancarkan. Ini berlaku sama untuk semua gas rumah kaca dan polusi udara.
CO 2 adalah gas rumah kaca dengan emisi antropogenik tertinggi. Penyebab utama dari emisi antropogenik CO 2 ke atmosfer adalah pembakaran bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil antara lain minyak, batubara dan gas alam. Bahan bakar fosil ini dieksploitasi oleh manusia untuk mendapatkan energi.

CO 2 adalah kontributor utama untuk radiasi antropogenik memaksa karena perubahan konsentrasi dari masa pra-industri. Sedangkan emisi CO 2 yang oleh-dan-besar disebabkan dua sumber utama; konsumsi energi dan perubahan penggunaan lahan, emisi lainnya muncul dari berbagai sumber dan sejumlah besar sektor dan aplikasi. Proyeksi emisi CO 2 pada tahun 2100 berkisar dari lebih dari 40 hingga kurang dari 6 miliar ton karbon elemental, berarti berkisar dari hampir tujuh kali lipat meningkat menjadi kira-kira tingkat emisi yang sama seperti pada tahun 1990. 

Metana
 
Ada enam sumber berbeda dari metana yang ada di atmosfer,yaitu lahan basah, bahan bakar fosil, tempat pembuangan sampah, hewan memamah biak, sawah, dan pembakaran biomassa. Metana memiliki potensi pemanasan global lebih besar daripada karbon dioksida. Namun, emisinya lebih rendah daripada karbon dioksida. Metana diperkirakan menghasilkan sekitar sepertiga jumlah pemanasan global karbon dioksida. Setelah revolusi industri terjadi peningkatan konsentrasi metana atmosfer global. Dalam 200 tahun terakhir konsentrasi metana telah meningkat dari sekitar 620 menjadi sekitar 1700 ppb. 

Data yang digunakan IPCC  berhubungan dengan konsentrasi metana masa depan, asumsi tentang metana dari IPCC didasarkan pada pemahaman tentang metana dari 5 hingga 15 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan perbedaan hasil temuan antara IPCC dan NOAA.

Nitrous oksida
 
Sebagian besar pasokan gas alam nitrous oxide dilepaskan dari lautan. Proses yang terjadi pada tanah menghasilkan sebagian besar sisanya. Gas merupakan produk sampingan dari proses denitrifikasi biologi di lingkungan anaerobik dan proses nitrifikasi biologi di lingkungan aerobik. Sekitar sepertiga dari nitrous oksida saat ini merupakan emisi antropogenik. Emisi antropogenik berasal dari tanah pertanian, bahan pakan ternak, dan industri kimia. 

Emisi N2O umumnya dipengaruhi oleh ketidakpastian yang besar, karena terutama disebabkan oleh proses bakteri di tanah dan karena itu sulit untuk diukur. Penelitian ekstensif tentang N2O masih diperlukan.

Gas Rumah Kaca Lainnya

CFC (chlorofuorocarbons) adalah suatu senyawa gas yang mengandung molekul dengan atom karbon terikat secara eksklusif untuk fluorin atau klorin. CFC dimanfaatkan misalnya sebagai refrigeran. Senyawa ini memilikipotensi terbesar pemanasan global di antara gas lainnya untuk mendorong pemanasan global. CFC menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang 8-13 pM. Setiap CFC-molekul berpotensi menyebabkan jumlah pemanasan global yang biasanya disebabkan oleh puluhan ribu molekul CO 2. CFCl 3 dan CF 2 Cl 2 telah dirilis ke atmosfer dalam jumlah besar di masa lalu dan memiliki waktu tinggal yang lama. Penerapan CFC sekarang dilarang di banyak negara. Banyak negara telah sepakat untuk mengurangi emisi di bawah Protokol Montreal 1987 tentang zat yang menguras lapisan ozon.

Efek gabungan dari metan, asam nitrat, ozon dan CFC sekarang hampir sama besar dengan yang karbon dioksida. Konsentrasi gas-gas rumah kaca biasanya diringkas sebagai Konsentrasi Efektif Karbon Dioksida.
Sumber:
http://www.lenntech.com/greenhouse-effect/greenhouse-gases.htm  


Dlugokencky, EJ, et al., 1998, Continuing decline in the growth rate of the atmospheric methane burden . Dlugokencky, EJ, et al 1998.,, Melanjutkan penurunan tingkat pertumbuhan beban metana atmosfer. Nature, 393, 447–450 Nature, 393, 447-450

IPCC climate change info ( http://www.ipcc.ch/present/graphics.htm ) 

Perubahan iklim IPCC info ( http://www.ipcc.ch/present/graphics.htm )

Sorrell, S., Emissions Trading After Kyoto . Sorrel, S., Perdagangan Emisi Setelah Kyoto. Introduction to Environmental Economics of Science and Technology Policy Research, 2004 ( http://www.sussex.ac.uk/Users/prpp4/lec8.ppt ) 

Pengantar Ekonomi Lingkungan Sains dan Teknologi Penelitian Kebijakan, 2004 ( http://www.sussex.ac.uk/Users/prpp4/lec8.ppt)
 
World Climate Report(http://www.co2andclimate.org/climate/previous_issues/vol3/v3n20/feature1.htm)
  
Laporan Iklim Dunia ( http://www.co2andclimate.org/climate/previous_issues/vol3/v3n20/feature1.htm)




GAS RUMAH KACA

Efek Rumah Kaca 

Efek rumah kaca adalah efek dimana radiasi inframerah yang dipantulkan oleh permukaan bumi, tidak diteruskan oleh atmosfer ke luar angkasa tetapi dipantulkan kembali ke bumi. Gas Rumah Kaca bersifat memantulkan radiasi infra merah. Efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global.
Proses terjadinya efek gas rumah kaca secara singkat, diawali dengan sinar matahari memancarkan radiasi ultraviolet ke bumi yang akan diterima oleh bumi dan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Atmosfer akan meneruskan radiasi inframerah ini ke luar angkasa. Namun dengan adanya gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer akan menyebabkan dipantulkannya kembali radiasi inframerah ini ke bumi. Ditambah dengan radiasi ultraviolet dari matahari, akan menyebabkan naiknya suhu permukan bumi.
Sumber:
http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/ch4.htm
http://www.dirgantara-lapan.or.id/jizonpolud/htm/co2.htm

  • Proses Terjadinya Gas Rumah Kaca
  • Dampak Gas Rumah Kaca

KHLORIN


a.       Karakteristik fisik dan kimia
Senyawa khlorine yang mengandung khlor yang dapat mereduksi atau mengkonversi zat inert atau zat kurang aktif dalam air, yang termasuk senyawa khlorin adalah asam hipokhlorit (HOCL) dan garam hipokhlorit (OCL). Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat. Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen khlorida yang toksik. [1] 

Gas klorin berwarna kuning-kehijauan, dapat larut dalam air, mudah bereaksi dengan unsur lain. Klorin  tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam) dan diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses elektrolisis. Merupakan gas berwarna kuning kehijauan  dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Pada suhu 10oC,  satu volume air dapat melarutkan 3.10 volume klorin, sedangkan pada suhu 30oC hanya 1.77 volume.[2]

b.      Sumber dan distribusi
Klorin digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klorin digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir di seluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecil pun sudah terklorinasi. Klorin juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antseptik, insektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya. Kebanyakan klorin diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klorin digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetraklorida, dan ekstraksi brom.
Kimia organik sangat membutuhkan klorin, baik sebagai zat oksidator maupun sebagai  subtitusi, karena banyak sifat yang sesuai dengan yang diharapkan dalam senyawa organik ketika klor mensubtitusi hidrogen, seperti dalam salah satu bentuk karet sintetis.  Karena banyaknya penggunaan senyawa khlor di lapangan atau dalam industri dalam dosis berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas khlorin akibat penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas pencemar khlorin dalam kadar tinggi di udara ambien.[3]

c.       Dampak
Dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang bersifat sangat korosif dan menyebabkan iritasi dan peradangan. diudara ambien, gas khlorin dapat mengalami proses oksidasi dan membebaskan
oksigen seperti terlihat dalam reaksi dibawah ini :
CL2 + H2O ---------à HCL + HOCL
8 HOCl ---------à 6 HCl + 2HclO3 + O3
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCl yang terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam khlorida dan oksigen.[4]

-          Kesehatan Manusia
Gas khlorin dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 – 6,0 ppm gas khlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan bila terpapar dengan kadar sebesar 14,0 – 21,0 ppm selama 30 –60 menit dapat menyebabkan penyakit paru-paru ( pulmonari oedema ) dan bisa menyebabkan emphysema dan radang paru-paru. [5]
Klorin dapat mengganggu  pernapasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cairnya dapat membakar kulit. Terpapar dengan klorin tidak boleh melebihi 0.5 ppm selama 8 jam kerja sehari-40 jam per minggu.

Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan trakt respiratory (saluran kerongkongan didekat paru-paru). Akibat-akibat akut untuk jangka pendek : Pengaruh 250 ppm selama 30 menit kemungkinan besar berakibat fatal bagi orang dewasa. Terjadi irritasi tinggi waktu gas itu dihirup dan dapat menyebabkan kulit dan mata terbakar. Jika berpadu dengan udara lembab, asam hydroklorik dan hypoklorus “dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh yang terkena. Pengaruh 14 s/d 21 ppm selama 30 s/d 60 menit menyababkan penyakit pada paru- paru seperti pnumonitis, sesak nafas, emphisema dan bronkitis” (Waldbott, 1978).
Akibat-akibat yang kronis/sublethal untuk jangka panjang : Untuk jangka panjang dari pengaruh gas klorine, ada kemungkinan “menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang tenggorok, pengkaratan pada gigi dan besar kecenderungan munculnya penyakit paru-paru seperti tbc dan emphisema.” (Chlorine Institute, 1980).
Indikasi gangguan bila terkontaminasi klorin adalah 0,2 ppm: hidung terasa gatal; 1,0 ppm: krongkongan gatal atau rasa kering, batuk, susah nafas; 1,3 ppm (untuk 30 menit): sesak nafas berat dan kepala sangat pening; 5 ppm : peradangan hidung, pengkaratan gigi dan sesak nafas; 10,0 ppm: trakt respiratori menjadi sangat diganggu; 15-20 ppm: batuk lebih keras, terasa tercekik, sesak di dada; 30 ppm: berbahaya untuk kehidupan selanjutnya atau untuk sehat seperti batuk hebat, tercekik, sesak nafas dan muntah-muntah; 250 ppm: kemungkinan besar fatal (orang mati); 1000 ppm: pasti mati.

Zat klorin hanya bagus apabila digunakan sebagai pemutih. Penelitian membuktikan bahaya klorin yang dapat merusak vitamin B, C dan E dalam tubuh. Apabila bereaksi dengan asam dari tumbuhan yang membusuk akan terbentuk trihalomethans (THMs) yang bersifat karsinogen. Ini merupakan penyebab dari berbagai penyakit seperti lever, ginjal, pernapasan, tensi darah rendah dan cacat lahir. Juga menyebabkan pengendapan kolesterol dalam darah dan stroke. [6]

Kementerian kesehatan telah mengeluarkan beberapa senyawa yang terkait dengan khlorin dan mampu membahayakan manusia sebagai berikut :


-          Ekosistem dan Lingkungan
Senyawa klorin yang banyak digunakan sebagai penjernih/koagulan air tentu banyaj dimanfaatkan oleh PDAM, sehingga zat tersebut dapat dengan mudah masuk, baik dalam fase gas, padat dan cair, ke dalam ekosistem dan mencemari makhluk hidup didalamnya. Pencemaran satu makhluk dalam ekosistem berarti menyebabkan distribusi massa klorin ke makhluk hidup lain.

-          Hewan
Klorin pada konsentrasi 0.2 - 0.3 ppm dapat membunuh ikan dengan cepat.[7]

-          Tumbuhan
Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara yaitu klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus (Yunasfi, 2002).

-          Material
Larutan apa pun yang melibatkan klorin basah sangat korosif. Larutan yang mengandung asam sulfat dan klorin, berat persentase asam sulfat menentukan apakah larutan akan mempercepat korosi. Karena sifat higroskopik asam sulfat pekat maka ia akan menyerap kelembaban dari klorin. Jadi, ketika larutan asam sulfat - kaporit mengandung setidaknya 80% asam sulfat, hanya sedikit perhatian terhadap klorin karena pada dasarnya klorin kering tidak korosif. Dalam sebuah kasus, pemilihan material dibuat seolah-olah asam sulfat merupakan satu-satunya konstituen jika larutan jenuh dengan klorin tetapi mengandung kurang dari sekitar 80% asam sulfat namun berdasarkan pemilihan material harus didasarkan tidak hanya pada asam sulfat tetapi juga pada klorin basah. Hal ini tentu saja menjadi larutan yang sangat korosif dan harus hati-hati dalam memilih material yang akan digunakan.[8]

d.      Pengendalian
-          Pencegahan
Karena sama-sama mencemari udara dan berasal dari akibat pengelolaan yang buruk, pencegahan dari cemaran klorin tidak jauh berbeda dengan senyawa lainnya, misalnya hidrokarbon.


-          Penanggulangan
Penanggulangan adalah langkah terakhir yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif polutan hidrokarbon pada manusia. Langkah penanggulangan dapat berupa penggatian peralatan-peralatan yang memanfaatkan senyawa klorin, mengatur sirkulasi udara, baik dirumah maupun di industri, misalnya dengan LEV. Seandainya telah jatuh korban, langkah siaga yang dapat dilakukan adalah memberikan pernafasan buatan, dan mengirimkan korban ke rumah sakit atau puskemas.[10]